Edukasi Literasi Digital Tangerang Gemilang Books Fair 2024 Sukses Menginspirasi Penerapan Detoksifikasi Kecanduan Digital
Tangerang - Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Kabupaten Tangerang bekerja sama dengan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Provinsi Banten menggelar Edukasi Literasi Digital dalam rangkaian kegiatan Tangerang Gemilang Books Fair 2024, bertempat di Atrium SQP Scientia Square Park - Gading Serpong Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, Kamis (05/12).
Pustakawan Ahli Madya pada Disperpusip Kab. Tangerang, Gita Gayatri Fathanah Thaharah mewakili Kepala Disperpusip Kabupaten Tangerang, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mempersiapkan jalannya kegiatan tersebut dan menekankan pentingnya literasi di berbagai bidang.
"Pimpinan kami memohon maaf karena tidak dapat membuka secara langsung dikarenakan ada agenda tugas dari Pimpinan yang tidak dapat diwakilkan. Kami atas nama Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Tangerang mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang berkenan berbagi ilmunya, serta para peserta yang sudah hadir dari berbagai perpustakaan desa di Kabupaten Tangerang, juga kepada seluruh panitia yang telah melaksanakan tugas sehingga berjalanannya kegiatan ini. Mari bersama kita tingkatkan lagi budaya literasi di berbagai bidang, khususnya literasi digital, salah satunya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat," ucap Gita dalam sambutannya.
Didapuk sebagai narasumber adalah Ahmad Taufiq Jamaludin selaku Ketua Relawan TIK Provinsi Banten, memaparkan kondisi dan fenomena teknologi digital saat ini yang mengubah berbagai sendi di lapisan masyarakat sehingga pentingnya membangun 4 pilar literasi digital, antara lain: Cakap Digital, Aman Digital, Budaya Digital, dan Etika Digital yang disingkat "CABE".
"Dengan 4 pilar ini diharapkan kita semua bisa mengimplementasikannya sehingga kecakapan digital, keamanan digital, budaya digital, dan etika digital dapat kita pedomani dalam berkehidupan di dunia siber," ungkap Taufiq.
Lanjutnya, misalkan dari sisi kecakapan digital, diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang gaptek (gagap teknologi), mampu membedakan hoaks atau bukan, juga bersikap kritis terhadap informasi yang diterima. Sedangkan dari sisi keamanan digital, masyarakat mampu mawas dan lebih berhati-hati terhadap konten yang dikirimkan dari orang yang belum dikenali, tidak sembarang mengklik tautan, tidak mengumbar data pribadi di ruang publik, serta mampu mengamankan perangkat digitalnya masing-masing seperti mengubah password secara berkala dan mengaktifkan autentikasi dua faktor.
Selain itu, dari sisi budaya digital, mampu menjadi warganet Indonesia yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika di ranah maya, serta membangun budaya digital yang produktif sehingga meminimalisir adanya kecanduan digital. Dan dari sisi etika digital, mampu berlaku sopan dan santun dalam komunikasi digital sebagaimana diterapkan dalam komunikasi langsung di dunia nyata sehari-hari seperti mengawali dengan salam, dan menghindari konten yang mengandung ujaran kebencian. Serta mampu menjaga reputasi dan jejak digital. Taufiq pun mengulas tentang viralnya ucapan seorang pemuka agama kepada penjual es teh baru-baru ini.
"Sama halnya dengan viralnya video ucapan seorang pemuka agama kepada salah seorang penjual es teh. Hal tersebut akan abadi hingga anak cucunya, meski itu dilakukan dalam maksud kelakar ataupun bercanda dan sudah meminta maaf. Maka, kita harus bijak dalam bersikap khususnya dalam dunia digital dan media sosial. Jagalah jejak digital kita dengan sebaik-baiknya karena kini menjadi reputasi diri kita," lanjut Taufiq.
Salah seorang peserta, Renny Melfia Afwan sangat antusias dan tertarik atas paparan yang disampaikan narasumber. Ia bertanya untuk mempertajam terkait upaya detoksifikasi dari gejala kecanduan digital.
"Saya mencermati terkait langkah-langkah detoksifikasi kecanduan digital yang sudah dipaparkan dan ingin bertanya bagaimana implementasinya dalam pola pengasuhan keluarga di era digital saat ini (digital parenting), saya sangat tertarik dan rasanya ini penting sekali untuk diimplementasikan anak-cucu di keluarga-keluarga kita," ungkap Renny.
Narasumber kemudian memperdalam terkait pola pengasuhan digital bisa dibangun bersama anak-anak melalui sebuah kesepakatan. Jangan bersifat memaksakan, namun harus dibangun berdasarkan kesadaran. Sepakati bersama mana yang boleh dan tidak boleh, misal terkait penggunaan gawai di rumah. Seperti di tempat/kamar tidur, meja makan, toilet, dan di saat waktu kebersamaan keluarga dilarang menggunakan gawai. Hal yang membahayakan kesehatan mata juga apabila lampu kamar sudah dimatikan di waktu istirahat namun anak masih menyalakan dan melihat layar ponsel dengan cahaya yang terang, hal tersebut harus dihindari.
Selain itu, seluruh anggota keluarga juga bisa mengagendakan aktivitas fisik bersama yang menarik untuk lepas sementara dari keterhubungan dengan gawai. Seperti membaca buku, lari pagi, mengembangkan hobi, menanam, atau berlibur ke daerah yang masih asri dan tidak ada sinyal seluler. Langkah detoksifikasi kecanduan digital lainnya bisa juga dengan meredupkan layar, menghapus notifikasi dan aplikasi yang tidak perlu, serta menyimpan gawai di tempat yang aman saat kita harus hadir dalam komunikasi dan aktivitas fisik di dunia nyata.
Sebagai informasi kegiatan ini masuk dalam rangkaian kegiatan Tangerang Gemilang Books Fair 2024, dan dihadiri lebih dari 20 orang perwakilan perpustakaan desa di Kabupaten Tangerang serta pengunjung yang hadir dalam pameran buku tersebut.